LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA
PRAKTIKUM IV
Uji Absorbsi In Vitro Senyawa Asam
Salisilat dengan Metode Usus Terbalik
Disusun oleh:
Nama : Pande Made Desy Ratna Sari (118114080)
Antonia
Adeleide Anutopi (118114081)
Chelsiana
Herdyani Nagi (118114082)
Irvan
Septia B (118114084)
Chatarina
Danik Wijayanti (118114086)
Anisetus
Ratna Sari Jebarus (118114087)
Shinta
Christia Maharani (118114088)
Kelompok Praktikum : C1
LABORATORIUM BIOFARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
Uji Absorbsi In Vitro Senyawa Asam
Salisilat dengan Metode Usus Terbalik
A.
Tujuan
1. Mampu menjelaskan proses absorbsi obat
dalam saluran pencernaan.
2. Mampu menjelaskan pengaruh pH
terhadap proses absorbsi obat dengan rumus Handerson-Hasselbach.
3. Mampu membuat grafik hubungan antara
jumlah kumulatif obat yang ditranspor sebagai fungsi waktu.
B.
Latar
Belakang
Pada
umumnya, manusia sering mengonsumsi makanan ataupun obat-obatan secara oral. Obat
yang sering diberikan secara oral akan diteruskan ke dalam sirkulasi sistemik
yang disebut sebagai proses absorbsi.
Absorbsi
obat merupakan suatu proses pergerakan obat dari tempat pemberian ke dalam
sirkulasi umum di dalam tubuh. Absorbsi obat dari saluran pencernaan ke dalam
darah umumnya terjadi setelah obat tersebut larut dalam cairan di sekeliling membrane
tempat terjadinya absorbsi. Absorbsi obat akan lebih baik jika semakin baik
kelarutannya dalam lipida sampai absorbsi optimal tercapai. Faktor utama yang
mempengaruhi absorbsi obat yaitu karakteristik sifat fisika kimia molekul, property
dan komponen cairan gastrointestinal serta sifat membrane absorbsi (Banker,
2002).
Luas
permukaan dinding usus, kecepatan pengosongan lambung, pergerakan saluran cerna
dan aliran darah ke tempat absorbsi, semuanya mempengaruhi laju dan jumlah absorbsi
obat walaupun ada variasi. Agar suatu obat dapat mencapai tempat kerja di
jaringan/organ, obat tersebut harus melewati berbagai membran yang memiliki
struktur lipoprotein (Shargel, 2005).
Asam
salisilat 99,0-100,5% merupakan kandungan kering. Pemeriannya berwarna putih,
berbentuk serbuk Kristal tidak berwarna, agak larut di dalam air, mudah larut
di dalam etanol 96%, sedikit larut di dalam metilen klorida (Depkes RI, 1995).
Obat-obat
yang bersifat asam lemah (pKa 3,0) seperti asam salisilat, umumnya tidak terion
pada cairan lambung dan hampir semua terion pada cairan usus (Aulton, 2002).
Usus
halus panjangnya sekitar 6 meter. Terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum. Area
permukaan dalam luas di sepanjang usus halus membantu absorbsi produk
pencernaan (Faiz, Moffat, 2002).
C.
Alat
dan Bahan
1. Alat
a.
Tabung
Crane dan Wilson (modifikasi bengekel USD)
b.
Spektrofotometer
Visibel
c.
Waterbath
d.
Neraca
Analitik
e.
pH
meter
f.
Alat-alat
bedah
g.
Alat-alat
gelas
h.
Stamper
dan mortir
2. Bahan
a.
Tikus
putih jantan
b.
Cairan
lambung buatan tanpa pepsin (pH 1,2)
c.
Cairan
usus buatan tanpa pankreatin (pH 7,5)
d.
Larutan
NaCl 0,9% b/v
e.
Asam
salisilat
f.
Eter
g.
Gas
oksigen
h.
Alcohol
i.
Reagen
trinder
D.
Prosedur
Kerja
1. Pembuatan larutan stok asam salisilat
Membuat larutan stok asam salisilat
10% sebanyak 50 mL dengan menimbang 0,05 gram asam salisilat kemudian digerus
lalu dilanjutkan dengan dilarutkan menggunakan NaCl 0,9% diambil 5 mL dan di add hingga 50 mL.
2. Melakukan penentuan גmax dan OT (Operating Time)
OT diambil dari larutan intermediet C
= 0,05 mg/mL. 3,5 mL diambil dan ditambahakan dengan 1,5 mL reagen trinder lalu
didiamkan selama 0 menit, 5 menit, 10 menit, dan 15 menit kemudian dibaca
absorbansinya pada panjang gelombang 525 nm. Selanjutnya larutan intermediet C
= 0,02 mg/mL; 0,05 mg/mL; 0,07 mg/mL juga diambil 3,5 mL dan ditambahkan dengan
1,5 mL reagen trinder lalu didiamkan selama OT dan dibaca pada panjang
gelombang 400-600 nm.
3. Pembuatan kurva baku
Pembuatan kurva baku dilakukan dari
larutan stok, kemudian membuat larutan intermediet 0,02; 0,03; 0,04; 0,05; 0,07
mg/mL kemudian diencerkan dengan menggunakan larutan serosal 0,9% dan di add hingga 10 mL. Setelah itu mengambil
larutan sebanyak 3,5 mL dan ditambahkan dengan 1,5 mL reagen trinder kemudian
didiamkan selama OT lalu dibaca absorbansinya pada גmax dengan menggunakan
spektrofotometer visible.
4. Penentuan asam salisilat in vitro
Tikus dipuasakan selama 20-24 jam
dengan cara tikus hanya diberikan air minum mask ad linitum. Pada percobaan
ini, tikus dikorbankan dengan cara memberikan eter sebagai obat bius, lalu
perut tikus dibuka sepanjang linea mediana. Usus dikeluarkan lalu dibersihkan. Usus
sepanjang 15 cm dibawah pylorus dibuang lalu diambil 20 cm. Selanjutnya usus
yang sama digunakan sebagai perlakuan.
Usus perlakuan dibagi menjadi 2 bagian
sama panjang dan dibersihkan dengan cara mengeluarkan atau membuang lemak
(serabut-serabut yang terdapat di bagian permukaan usus). Selanjutnya bagian
anal digunakan sebagai control. Ujung anal diikat dengan menggunakan benang
kemudian menggunakan batang lidi untuk membalik sehingga bagian mucosal usus
berada pada bagian luar. Kanula dimasukkan ke ujung oral. Bagian oral merupakan
bagian yang tidak terikat. Usus diukur dengan panjang efektif 7 cm yang sebelumnya
diisi dengan cairan serosal 1,5 mL NaCl 0,9%. Kantong usus kemudian dimasukkan
ke dalam tabung yang telah berisi cairan mucosal 50 mL pH 1,2 dan pH 7,5 yang
mengandung asam salisilat lalu dipanaskan di dalam waterbath dengan suhu 370C.
Kantong usus juga dialiri dengan gas O2 dengan 100 gelembung/menit.
Kadar obat di dalam cairan serosal
pada menit ke-15, 30, 45, dan 60 diukur dengan cara mengambil seluruh cairan
serosal melalui kanula kemudian dicuci 2 kali dengan menggunakan 1,5 mL larutan
NaCl 0,9%. Cairan serosal dikumpulkan tiap waktu lalu disentrifuse selama 5
menit dengan kecepatan 3000 rpm. Supernatan diambil dari sampel tiap waktu
dengan volume yang sama yaitu 2,5 mL dan ditambahkan 1 mL reagen trinder,
divortex selama 1 menit dan ditunggu selama OT, dibaca pada גmax. Kontrol juga dilakukan dengan
perlakuan yang sama namun tidak ditambahkan asam salisilat dalam cairan mucosal.