Selasa, 29 April 2014

uji absorsi in vitro senyawa asam salisilat dengan metode usus terbalik



LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA
PRAKTIKUM IV
Uji Absorbsi In Vitro Senyawa Asam Salisilat dengan Metode Usus Terbalik







Disusun oleh:
Nama                     : Pande Made Desy Ratna Sari   (118114080)
                               Antonia Adeleide Anutopi        (118114081)
                               Chelsiana Herdyani Nagi         (118114082)
                               Irvan Septia B                      (118114084)
                               Chatarina Danik Wijayanti       (118114086)
                               Anisetus Ratna Sari Jebarus    (118114087)
                               Shinta Christia Maharani         (118114088)
Kelompok Praktikum : C1

LABORATORIUM BIOFARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014


Uji Absorbsi In Vitro Senyawa Asam Salisilat dengan Metode Usus Terbalik

A.    Tujuan
1.    Mampu menjelaskan proses absorbsi obat dalam saluran pencernaan.
2.    Mampu menjelaskan pengaruh pH terhadap proses absorbsi obat dengan rumus Handerson-Hasselbach.
3.    Mampu membuat grafik hubungan antara jumlah kumulatif obat yang ditranspor sebagai fungsi waktu.

B.    Latar Belakang
Pada umumnya, manusia sering mengonsumsi makanan ataupun obat-obatan secara oral. Obat yang sering diberikan secara oral akan diteruskan ke dalam sirkulasi sistemik yang disebut sebagai proses absorbsi.
Absorbsi obat merupakan suatu proses pergerakan obat dari tempat pemberian ke dalam sirkulasi umum di dalam tubuh. Absorbsi obat dari saluran pencernaan ke dalam darah umumnya terjadi setelah obat tersebut larut dalam cairan di sekeliling membrane tempat terjadinya absorbsi. Absorbsi obat akan lebih baik jika semakin baik kelarutannya dalam lipida sampai absorbsi optimal tercapai. Faktor utama yang mempengaruhi absorbsi obat yaitu karakteristik sifat fisika kimia molekul, property dan komponen cairan gastrointestinal serta sifat membrane absorbsi (Banker, 2002).
Luas permukaan dinding usus, kecepatan pengosongan lambung, pergerakan saluran cerna dan aliran darah ke tempat absorbsi, semuanya mempengaruhi laju dan jumlah absorbsi obat walaupun ada variasi. Agar suatu obat dapat mencapai tempat kerja di jaringan/organ, obat tersebut harus melewati berbagai membran yang memiliki struktur lipoprotein (Shargel, 2005).
Asam salisilat 99,0-100,5% merupakan kandungan kering. Pemeriannya berwarna putih, berbentuk serbuk Kristal tidak berwarna, agak larut di dalam air, mudah larut di dalam etanol 96%, sedikit larut di dalam metilen klorida (Depkes RI, 1995).
Obat-obat yang bersifat asam lemah (pKa 3,0) seperti asam salisilat, umumnya tidak terion pada cairan lambung dan hampir semua terion pada cairan usus (Aulton, 2002).
Usus halus panjangnya sekitar 6 meter. Terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum. Area permukaan dalam luas di sepanjang usus halus membantu absorbsi produk pencernaan (Faiz, Moffat, 2002).

C.    Alat dan Bahan
1.    Alat
a.    Tabung Crane dan Wilson (modifikasi bengekel USD)
b.    Spektrofotometer Visibel
c.    Waterbath
d.    Neraca Analitik
e.    pH meter
f.     Alat-alat bedah
g.    Alat-alat gelas
h.    Stamper dan mortir
2.    Bahan
a.    Tikus putih jantan
b.    Cairan lambung buatan tanpa pepsin (pH 1,2)
c.    Cairan usus buatan tanpa pankreatin (pH 7,5)
d.    Larutan NaCl 0,9% b/v
e.    Asam salisilat
f.     Eter
g.    Gas oksigen
h.    Alcohol
i.      Reagen trinder

D.   Prosedur Kerja
1.    Pembuatan larutan stok asam salisilat
Membuat larutan stok asam salisilat 10% sebanyak 50 mL dengan menimbang 0,05 gram asam salisilat kemudian digerus lalu dilanjutkan dengan dilarutkan menggunakan NaCl 0,9% diambil 5 mL dan di add hingga 50 mL.
2.    Melakukan penentuan גmax dan OT (Operating Time)
OT diambil dari larutan intermediet C = 0,05 mg/mL. 3,5 mL diambil dan ditambahakan dengan 1,5 mL reagen trinder lalu didiamkan selama 0 menit, 5 menit, 10 menit, dan 15 menit kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 525 nm. Selanjutnya larutan intermediet C = 0,02 mg/mL; 0,05 mg/mL; 0,07 mg/mL juga diambil 3,5 mL dan ditambahkan dengan 1,5 mL reagen trinder lalu didiamkan selama OT dan dibaca pada panjang gelombang 400-600 nm.
3.    Pembuatan kurva baku
Pembuatan kurva baku dilakukan dari larutan stok, kemudian membuat larutan intermediet 0,02; 0,03; 0,04; 0,05; 0,07 mg/mL kemudian diencerkan dengan menggunakan larutan serosal 0,9% dan di add hingga 10 mL. Setelah itu mengambil larutan sebanyak 3,5 mL dan ditambahkan dengan 1,5 mL reagen trinder kemudian didiamkan selama OT lalu dibaca absorbansinya pada ג­max dengan menggunakan spektrofotometer visible.
4.    Penentuan asam salisilat in vitro
Tikus dipuasakan selama 20-24 jam dengan cara tikus hanya diberikan air minum mask ad linitum. Pada percobaan ini, tikus dikorbankan dengan cara memberikan eter sebagai obat bius, lalu perut tikus dibuka sepanjang linea mediana. Usus dikeluarkan lalu dibersihkan. Usus sepanjang 15 cm dibawah pylorus dibuang lalu diambil 20 cm. Selanjutnya usus yang sama digunakan sebagai perlakuan.
Usus perlakuan dibagi menjadi 2 bagian sama panjang dan dibersihkan dengan cara mengeluarkan atau membuang lemak (serabut-serabut yang terdapat di bagian permukaan usus). Selanjutnya bagian anal digunakan sebagai control. Ujung anal diikat dengan menggunakan benang kemudian menggunakan batang lidi untuk membalik sehingga bagian mucosal usus berada pada bagian luar. Kanula dimasukkan ke ujung oral. Bagian oral merupakan bagian yang tidak terikat. Usus diukur dengan panjang efektif 7 cm yang sebelumnya diisi dengan cairan serosal 1,5 mL NaCl 0,9%. Kantong usus kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang telah berisi cairan mucosal 50 mL pH 1,2 dan pH 7,5 yang mengandung asam salisilat lalu dipanaskan di dalam waterbath dengan suhu 370C. Kantong usus juga dialiri dengan gas O2 dengan 100 gelembung/menit.
Kadar obat di dalam cairan serosal pada menit ke-15, 30, 45, dan 60 diukur dengan cara mengambil seluruh cairan serosal melalui kanula kemudian dicuci 2 kali dengan menggunakan 1,5 mL larutan NaCl 0,9%. Cairan serosal dikumpulkan tiap waktu lalu disentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Supernatan diambil dari sampel tiap waktu dengan volume yang sama yaitu 2,5 mL dan ditambahkan 1 mL reagen trinder, divortex selama 1 menit dan ditunggu selama OT, dibaca pada גmax. Kontrol juga dilakukan dengan perlakuan yang sama namun tidak ditambahkan asam salisilat dalam cairan mucosal.

Kamis, 24 April 2014

syarat iklan menurut UU RI No 23 Tahun 1992 dan WHO 1988



Sagalon®
Doxepin Hydrochloride 5%
Cream


Informasi iklan Sagalon menurut UU RI No 23 Tahun 1992
Syarat
Iya
Tidak
Keterangan
Obyektif
v

1.       Terdapat refrensi
a. Journal of dermatol, treatment, 1997,8,161-168 (Doxepin Cream Relieves Eczema-Associated Pruritus within 15 Minute and is Not Accompanied by A risk of Rebound Upon Discontinuation).
b.    Richelson E. Tricyclic Antidepressants and Neurotransmitter Receptors, Psychiatr Ann 1979,19:21-5
c.       Bernstein JE, Whitney DH, Keyoumars S, J Am Acad Dermatol 1981;5:582-5 (Inhibition of Histamine-Induced Pruritus by Topical Trycyclic Antidepressants).

2.  PT Surya Dermato Medica Laboratories terdaftar di BPOM RI (No Reg. DKL0228603229A1 diterbitkan pada 03-08-2010).
Lengkap

v
1.       Indikasi Obat
a.       Mengatasi pruritus pada kasus dermatitis atopic, Lichen simplex kronis dan kondisi eczema non lesi lainnya.
b.      Mengatasi nyeri neuropati pada kasus pasca herpes zoster dan diabetic.

2.       Kontra Indikasi Obat (tidak tertulis)

3.       Efek Samping Obat (tidak tertulis)
Tidak Menyesatkan
v

1.       Akurat (terdapat refrensi).

2.       Jujur (sesuai bukti refrensi).

3.       Tidak memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat.

Kriteria Informasi Iklan Menurut WHO tahun 1988
Kriteria
Iya
Tidak
Keterangan
Nama senyawa aktif atau nama generik
v

1.       Nama senyawa aktif : Doxepin Hydrochloride

2.       Nama generic : Sagalon
Bentuk sediaan dan kandungan senyawa aktif tiap sediaan
v

1.       Bentuk sediaan : Krim

2.       Kandungan senyawa aktif tiap sediaan : 5% doxepin hydrochloride
Dosis dan aturan pemakaian

v
1.       Dosis : -

2.       Aturan pemakaian : hanya untuk pemakaian luar, oleskan tipis-tipis 2-4 x sehari.
Indikasi terapetik
v

1.       Mengatasi pruritus pada kasus dermatitis atopic, Lichen simplex kronis dan kondisi eczema non lesi lainnya.
2.       Mengatasi nyeri neuropati pada kasus pasca herpes zoster dan diabetic.
Efek samping dan efek yang tidak dikehendaki

v

Perhatian, peringatan khusus, kontra indikasi

v

Interaksi penting

v

Sumber refrensi
v

1.       Journal of dermatol, treatment, 1997,8,161-168 (Doxepin Cream Relieves Eczema-Associated Pruritus within 15 Minute and is Not Accompanied by A risk of Rebound Upon Discontinuation).
2.       Richelson E. Tricyclic Antidepressants and Neurotransmitter Receptors, Psychiatr Ann 1979,19:21-5
3.       Bernstein JE, Whitney DH, Keyoumars S, J Am Acad Dermatol 1981;5:582-5 (Inhibition of Histamine-Induced Pruritus by Topical Trycyclic Antidepressants).
Nama/alamat produksi
v

PT. Surya Dermato Medica Laboratories